Pendidik

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Namun hingga saat ini kesejahteraan guru masih tergolong rendah, ini merupakan aspek penting yang harus lebih diperhatikan pemerintah seperti dalam blog yang membahas tentang kesejahteraan guru

KESEJAHTERAAN GURU YANG BELUM SESUAI

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal.
1. Rendahnya prestasi siswa
Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar yang rendah, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dngan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yangmenghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Hasil belajar dapat dikatakan membekas atau konstan, jika perubahan yang terjadi akibat proses belajar tahan lama dan tidak mudah terhapus begitu saja.
Prestasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Prestasi belajar yang baik dan
(2) Prestasi belajar yang buruk.
Prestasi belajar yang baik adalah hasil yang dicapai individu berupa nilai yang bagus. Sedangkan prestasi yang buruk adalah hasil yang dicapai oleh individu berupa nilai yang tidak memuaskan.
Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan para pengolahan dan pengalaman. Bila proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
Adapun gejala-gejala rendahnya berprestai belajar siswa sebagai berikut;
1. Siswa kurang merasa senang atau kurang semangat dalam belajar.
2. Siswa mengikuti pelajaran semata-mata agar tidak tinggal kelas
3. Siswa mengikuti belajar bukan untuk menambah ilu, tetapi diharuskan mengikuti.
4. Prestasi belajar rendah karena motivasi belajarnya rendah.

Sehingga sangat wajar apabila pembangunan kualitas manusia indonesia berdasarkan hasil penelitian United National Develofment Program (UNDP) tahun 2000, kualitas pendidikan di Indonesia dalam indeks pembangunan kemanusiaan, berada pada peringkat 109. Sementara singapura, malaysia, Filipina dan Thailand berada diangka ke 34. Secara tegas potret jebloknya pendidikan dinegeriini mustahil mampu membangun karakter bangsa seperti yang diharapkan bersama karena segala infrastruktur dan suprastrukturnya buruk (Moh Yamin : 2008).
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pramuka

Cara membuat rangkaian seri

Tanda Pengenal Pramuka